3 Amanah Travel. 4. Melancong Seru Travel. 5. Pelesir romantic travel. Nama travel agent yang bagus dan unik yang pertama ini walau namanya terbilang sederhana, namun secara tidak langsung nama travel yang diberikan, sudah menegaskan bahwa layanan jasa travel yang Anda berikan tentunya tidak main-main.

July 31, 2020 427 views IBADAH YANG SEJATI ROMA 121-3 Ibadah yang sejati merupakan ibadah yang berkenan kepada TUHAN. Ibadah itu tidaklah sebatas sebuah persekutuan yang melakukan ritus di tempat-tempat tertentu. Atau sebatas kegiatan liturgis pada waktu-waktu tertentu, dan atau urusan pribadi dengan Tuhan. Ibadah dalam konsep Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mempunyai arti pelayanan. Dalam istilah Ibrani disebut avoda sedangkan dalam bahasa Yunani disebut latreia. Istilah avoda merujuk kepada ibadah di kuil dan khusus lebih mengarah dalam hal berdoa. Ibadah sebenarnya merupakan suatu pelayanan yang dipersembahkan/ ketaatan kepada Allah, tidak hanya dalam arti ibadah di Bait Suci berdoa, tetapi juga dalam arti pelayanan kepada sesama Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang perlu kita lakukan agar ibadah kita berkenan kepada TUHAN? Pertama, kita harus mempersembahkan totalitas kehidupan kita kepada TUHAN ay. 1. Arti “mempersembahkan” ialah menyerahkan diri secara total dan dalam keadaan “hidup, kudus dan yang berkenan kepada Allah” bukan asal apa adanya! Apa yang menjadi kehendak-Nya? Tuhan berkata kepada Samuel tentang Daud, “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi …. Tuhan melihat hati” 1Sam. 167. Hati yang mengasihi, hati yang taat, hati yang murni, hati yang bersih! Tuntutan Tuhan “dengan segenap hati” Ul. 65; “bersungguh hati” 2Taw. 169. Raja Hizkia dinyatakan dalam Firman, “Semuanya dilakukannya dengan segenap hati sehingga segala usaha- nya berhasil” 2Taw. 3121 – dia berhasil karena melakukan tugasnya dengan segenap hati. Serahkan hidupmu dengan segenap hatimu bukan dengan setengah hati dan nya takan seperti nabi Yesaya, “ini aku, utuslah aku!” Yes. 68. Ini adalah sikap yang benar, “bahwa kamu bukan milik kamu sendiri” 1Kor. 619-20. Kedua, kita harus mampu memperbarui pola pikir kita ay. 2. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah ….” ay. 2. Serupa dengan dunia harus dihindarkan tetapi kita harus tampil beda. Hal-hal yang duniawi harus menjadi hal- hal yang rohaniawi! Dan ini dapat terjadi lewat “pembaharuan budimu”. Kata “budi” atau “akal budi” dapat diartikan pikiran. Jadi adakan perubahan pemikiran atau pola pikir kita. Bagaimana pelaksanaan perubahan dapat terjadi? Rasul Yakobus berkata “terimalah dengan lemah lembut firman yang telah tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu” Yak. 121 sedangkan “jiwamu” terdiri dari 3 unsur yaitu kehendak, pikiran dan perasaan. Dibutuhkan Firman tetapi juga dibutuhkan kuasa Roh Kudus untuk memperbarui pikiran kita! Rasul Paulus berkata, “supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna” Kol. 19 dan sebagai akibatnya kita akan “berpikir seperti Kristus” dan “berbuat seperti Kristus”. Mampukah manusia berubah? Saulus berubah, Zakeus berubah karena mereka dijamah dengan kuasa-Nya baca Kis. 9 dan Luk. 19. Ketiga, kita harus mampu menguasai diri dalam pelayanan ay. 3. Apa yang telah Tuhan karuniakan dalam kehidupan kita, terimalah dengan tanggung jawab penuh atau gunakan dengan kesungguhan hati. “Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kamu pikirkan” ay. 3 tetapi “jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati” ay. 7-8. Pesan Rasul Paulus agar kita melakukannya dengan “hati yang ikhlas …. dengan rajin … dengan sukacita” ay. 8. Hamba yang malas dan tidak berguna akan dibuang oleh Tuhan baca Mat. 2530. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah makna ibadah sejati itu dalam kehidupan kita sehari-hari? Pertama, ibadah sejati adalah ibadah totalitas. Ibadah sejati bukanlah ibadah fenomenal, kelihatan aktif di berbagai kegiatan gereja. Ibadah sejati adalah ibadah totalitas, artinya menyeluruh di dalam seluruh aspek hidup kita. Hal ini diajarkan Paulus di dalam ayat ini dengan mengatakan bahwa kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan/kurban yang hidup. Kata “mempersembahkan” dalam bahasa Yunani bisa diterjemahkan “menyembahkan”. Kembali, kata yang dipergunakan di sini menggunakan bentuk aktif. Berarti, ibadah sejati adalah ibadah yang terjadi ketika kita secara aktif mempersembahkan/menyembahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Itulah arti berserah total. Berserah adalah kita berani menyerahkan seluruh hidup kita dikuasai oleh Kristus sebagai Tuhan, Raja, dan Pemerintah hidup kita. Ketika kita menyerahkan hidup kita, dengan kata lain, kita juga harus berani menyesuaikan hidup kita dengan kehendak Tuhan. Di sini, saya menggabungkan konsep berserah dengan menyangkal diri. Ketika kita berserah, di saat yang sama kita menyangkal diri untuk mengatakan “tidak” kepada kehendak kita dan mengatakan “ya” kepada kehendak-Nya. Hal ini diteladani sendiri oleh penulis surat Roma, yaitu Paulus. Paulus adalah salah satu rasul Kristus yang sudah menyerahkan totalitas hidupnya kepada Kristus Flp. 121, dan di saat yang sama, ia bisa mematikan kehendaknya yang berlawanan dengan kehendak Allah. Kapan Paulus berani mematikan kehendak dirinya sendiri? Ketika Paulus mendapatkan suatu hambatan baca 2Kor. 127-9. Para penafsir tidak sepakat ketika menafsirkan arti “duri dalam daging”. Ada yang menafsirkan penyakit, ada juga yang menafsirkan hambatan/halangan dalam pelayanan Paulus. Intinya hanya satu tantangan/hambatan dalam pelayanan Paulus bisa berupa penyakit, dll. Ketika Tuhan menguji Paulus dengan “duri dalam daging”, Paulus pernah berdoa 3x memohon agar Tuhan mencabut duri itu, tetapi Tuhan menolaknya, dan Paulus taat baca ayat 9- 10. Bahkan di dalam penderitaan, Paulus pun dengan berani tetap percaya kepada-Nya 2Tim. 112. Biarlah kita meneladani Paulus sebagai rasul Kristus yang telah menjalankan apa yang diajarkannya sendiri di bagain ini. Adalah suatu ketidakmasukakalan jika orang yang menyanyikan “Aku Berserah”, tetapi masih percaya kepada kehendak diri yang lebih baik daripada kehendak Tuhan. Kedua, ibadah sejati adalah ibadah yang kudus. Bukan saja sebagai kurban/ persembahan yang hidup, Paulus juga menasihatkan jemaat Roma agar mereka juga mempersembahkan tubuh mereka sebagai kurban yang kudus. Kudus berarti dipisahkan separated. Dengan kata lain, dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai kurban yang kudus, berarti kita memiliki keunikan yang lain dari dunia ini. Paulus bukan hanya mempersembahkan tubuh/hidupnya sebagai kurban yang hidup, tetapi ia juga mempersembahkan hidupnya sebagai kurban yang kudus. Dari manakah ia mempersembahkan kurban yang kudus itu? Dari Roh Kudus. Roh Kudus yang telah menguduskan hidup Paulus dan umat Tuhan, menuntut kita untuk mempersembahkan tubuh yang telah dikuduskan-Nya itu untuk dipakai memuliakan Tuhan. Kepada jemaat Korintus, Paulus mengajarkan konsep ini di dalam 1 Korintus. 619-20, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” Melalui dua ayat ini, kita mendapatkan gambaran yang lebih jelas bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus atau dikuduskan Roh Kudus di dalam penebusan Kristus, sehingga kita harus memuliakan Tuhan melalui tubuh kita. Kata “tubuh” baik di dalam Roma 121 maupun 1 Korintus. 619-20 sama-sama menggunakan kata Yunani soma. Karena Roh Kudus yang telah menguduskan tubuh/hidup kita, maka kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai kurban yang kudus bagi-Nya yang berbeda dari dunia. Ketiga, ibadah sejati adalah ibadah yang menyenangkan Allah. Bukan hanya hidup dan kudus, ibadah sejati adalah ibadah yang berkenan kepada Allah. Kata “berkenan kepada Allah” adalah ibadah yang menyenangkan atau memuaskan Allah. Bagaimana ibadah bisa dikatakan menyenangkan Allah? Ibadah bisa menyenangkan Allah ketika ibadah dilakukan baik di gereja ataupun kehidupan sehari-hari bukan memuliakan diri, tetapi memuliakan Tuhan. Ibadah yang memuliakan diri adalah ibadah yang menggunakan segala cara untuk menyenangkan diri sebagai objek dan subjek ibadah. Ini dilakukan oleh orang-orang kafir di dalam Alkitab. Mereka beribadah untuk mencari keuntungan. Tetapi ibadah yang berpusat pada Allah yang menyenangkan-Nya adalah ibadah yang memuliakan Dia saja Soli Deo Gloria. Bukan hanya ibadah, pelayanan kita kepada Tuhan pun juga demikian. Di dalam pelayanan, pelayanan yang menyenangkan Allah adalah pelayanan yang berpusat dari Allah, oleh Allah, dan bagi Allah saja Rm. 1136. Sehingga pelayanan yang berpusat pada Allah adalah pelayanan yang tidak mencari keuntungan sendiri. PMP
Apahukum karma bpk mertua kena istri saya ya Ki, wktu itu saya tdk mau dicerai mengingat ada anak tapi stlh dia ngotot trs saya cerai. Wkt berhub sama dia kok rasanya “sepo’ Apa saya perlu ruwat ya Ki, bgmn menurut Ki Umar, mohon pencerahannya. Saya juga minta ijin mengamalkan ilmu-2 lain yg ada di blog ini, matur suwun saged paring balesan.
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang kamu menjadi serupa dengan dunia ini,tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allahapa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”Roma 121-2Mungkin banyak yang bertanya, bagaimanakah seseorang dapat mempersembahkan persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah? Dalam konteks saat ini, kita mengetahui bahwa sangat terbatas untuk melakukan pelayanan sebagai ibadah yang sejati di gereja. Kita perlu mengerti bahwa konteks Roma 121-2 tidaklah terbatas pada pelayanan di dalam lingkungan gereja tengah-tengah keadaan yang kelihatannya kurang menguntungkan ini, haruslah kita ingat bahwa Firman Tuhan tetap berlaku. Secara khusus di dalam Roma 121-2 yang akan kita bahas ini, rasul Paulus menasehatkan kita untuk tetap mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah sebagai ibadah yang sejati. Mari kita perhatikan apakah makna dari masing-masing kata di atas berikut iniHidupKata hidup’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani zaō yang secara harafiah berarti bernafas, tidak mati’. Bukan hanya itu saja, kata ini juga mengandung makna segar, kuat, dan efisien’.KudusKata kudus’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani hagios yang secara harafiah berarti sakral, murni, tidak bercacat secara moral’. Orang percaya yang dikuduskan artinya dipisahkan dan disiapkan untuk setiap pekerjaan yang mulia 2 Timotius 221.Berkenan kepada AllahKata berkenan’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani euarestos yang secara harafiah berarti menyenangkan, dapat diterima’.Dari ketiga makna yang rasul Paulus tekankan di atas, maka dapat dipahami bahwa ketika kita mempersembahkan tubuh kepada Tuhan, haruslah dengan potensi/karunia terbaik yang kita miliki, yang disertai dengan pertobatan dari dosa, dan menjalani segala sesuatunya sesuai dengan kehendak Allah, bukan sesuai keinginan kita. Dengan demikianlah kita sedang melakukan ibadah yang Paulus menekankan ini karena persembahan merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari sebuah ibadah. Dalam konteks Perjanjian Lama, pemahaman persembahan selalu merujuk kepada hewan kurban, dan hewan yang mau dipersembahkan harus sempurna, yaitu yang tidak bercacat cela. Namun, Kristus telah mati bagi kita di atas kayu salib, sehingga Paulus hendak menekankan bahwa tubuh kitalah yang menjadi persembahan itu sendiri, yang artinya di mana pun kita berada, kita sedang melakukan ibadah kepada adalah persekutuan gereja dalam ukuran yang terkecil. Dalam keluarga ada peran sebagai orangtua, suami, istri dan anak. Peran kita berbeda, tapi melihat apa yang sudah dibahas sebelumnya, setiap peran yang sudah Tuhan tetapkan bagi kita harus kita jalani dengan yang terbaik. Kehendak Allah kepada pribadi kita dalam sebuah keluarga dapat dilihat dari Efesus 522-28, 61-4, yakni sebagai pasangan suami istri harus menjalani kekudusan dengan setia pada pasangannya. Sebagai orangtua kita harus mendidik anak kita dengan nilai-nilai Firman Tuhan. Sebagai anak, kita bisa menghormati dan berbakti kepada orangtua kita. Inilah pelayanan kita di dalam keluarga sebagai wujud dari mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada PekerjaanDalam mempersembahkan tubuh kita sebagai wujud ibadah berikutnya adalah dalam lingkungan pekerjaan. Orang percaya dipanggil untuk bekerja, tetapi bukan sekedar bekerja, namun ia harus mampu menghasilkan buah Filipi 122.Tuhan Yesus pun mengajarkan kita untuk melakukan sesuatu hal yang lebih dari yang diminta do extra mile - Matius 541. Seorang pimpinan dapat do extra mile dengan selalu mendukung bawahannya untuk bekerja lebih produktif, dan tidak lupa memberikan apresiasi untuk setiap pekerjaan baik yang telah dikerjakan. Seorang karyawan dapat do extra mile dengan cara tetap bertanggung jawab dan proaktif dalam mengerjakan pekerjaan lebih dari yang mungkin diharapkan oleh perlu mengingat nasehat Rasul Paulus bahwa apa pun yang kita perbuat, kita perbuat dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 323Pekerjaan dan ibadah adalah satu kesatuan. Bekerja dengan cara melakukan yang terbaik disertai kejujuran dan melakukan semuanya dengan ketulusan untuk kemuliaan Tuhan, maka inilah wujud nyata dari mempersembahkan tubuh kita yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada SekitarKita adalah makhluk sosial, kita adalah pribadi yang Tuhan percayakan lahir di bangsa ini dengan masyarakat yang beragam. Di tengah-tengah keadaan ekonomi yang kurang baik saat ini, tentulah makin banyak orang-orang yang merasakan imbasnya, apalagi bagi orang-orang yang sejak semula memiliki kondisi ekonomi yang lemah. Orang percaya juga dipanggil untuk memperhatikan kelangsungan hidup mereka ini sesuai dengan apa yang Firman Tuhan katakan di Amsal 1917,“Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu.”Tidak perlu tunggu harus menjadi lebih berada untuk menolong orang yang kesusahan. Jika kita mau memberikan persembahan yang terbaik sebagai wujud ibadah yang sejati, inilah saatnya kita menolong orang disekitar kita yang mengalami kesusahan. Hal ini serupa apa yang dikatakan Ibrani 1316"Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah."Jika sebelumnya kita berpikir bahwa mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah hanya dengan melakukan pelayanan atau pekerjaan di lingkungan gereja, sekarang kita memahami bahwa kehadiran kita di dalam keluarga, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan sekitar adalah wujud nyata dari paradigma baru dalam mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah di zaman ini selain merupakan wujud nyata penerapan dari Roma 121-2, juga merupakan wujud nyata menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia ini. Matius 513-16Dan semakin banyak orang dunia yang mengenal Kristus melalui kita, maka kita pun akan menggenapi panggilan kita untuk menjalankan Amanat Agung. Sudah siapkah kita? WP
Roma12:1-2. Shalom tema yang akan kita renungkan pada saat ini adalah Ibadah yang Sejati. Mari kita dasari renungan kita hari ini dengan firman Tuhan yang terdapat dalam Roma 12:1-2. Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. ANALISA TEOLOGIS TENTANG IBADAH YANG SEJATISuatu Tinjauan Biblis-Teologis Terhadap Roma 121-2 I. PendahuluanBanyak pemahaman orang tentang hakikat dan makna yang memahami ibadah itu sebagai sebuah persekutuan yang melakukan ritus di tempat-tempat tertentu. Ada juga yang memahami ibadah itu sebatas kegiatan liturgis pada waktu-waktu tertentu, dan ada juga yang mengatakan bahwa ibadah itu adalah urusan pribadi dengan Tuhannya, tidak perlu dilakukan di tempat ibadah berkumpul dengan saudara kenyataan itu dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan jemaat itu tak jarang menjadi kacau, maka hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menuliskan pembahasan tentang ibadah yang diinginkan Tuhan sebagaimana yang telah difirmankanNya. Salah satu nats yang menjadi dasar alkitabiah yang digunakan dalam tulisan ini adalah Roma 121-2, dimana Paulus menasihatkan jemaat agar mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada ibadah yang Terminologi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Lihat Humaniora Selengkapnya
Memahamiucapan yang tegas ini berarti memahami agama Buddha ; karena seluruh ajaran Buddha tak lain dari penerapan prinsip yang satu ini. Apa yang dapat disebut sebagai penemuan seorang Buddha hanyalah berupa Empat Kebenaran Mulia ; yaitu dukkha, munculnya atau asal mula dukkha, lenyapnya dukkha, dan jalan menuju lenyapnya dukkha.
Sumber Gambar kita memahami ibadah yang sejati? Sobatku kalaupun kita tidak mengerti dan memahami apa itu ibadah yang sejati, maka sudah pastinya kita akan salah menaikan ibadah yang sejati kepada Tuhan Yesus KristusIbadah bukan hanya memuji Tuhan dan mendengar Firman Tuhan yang di sampaikan oleh seoarang Pendeta, seperti di ibadah minggu pagi, ibadah keluarga, dan ibadah-ibadah lainya. Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus serta yang berkenaan kepada suatu ibadah yang benar, kadang kala, banyak orang percaya yang hanya secara rutinitas pergi ke Gereja namun jarang untuk mengaplikasikan kebenaran Firman yang telah di dengar di dalam langkah demikian hanyalah suatu kondisi hidup yang membuat ibadah kita menjadi sia-sia kepada Tuhan Yesus Kristus. Banyak orang percaya yang hanya, pergi ke Geraja mendengar Firman Tuhan, bernyanyi memulikan nama Tuhan, namun ketika pulang jarang untuk memberitahkan Firman Tuhan melalui ciri hidupnya. Inilah suatu kesalahan berpikir yang seharusnya dapat dibaharui, sebab tindakan-tindakan demikian adalah suatu kesalahan yang tidak akan membawa berkat bagi kehidupan kita. Apakah penting memahami apa itu ibadah yang sejati? Tentu sangatlah penting, Mengapa demikian, sobat Kristen, jika kita tidak mengerti apa itu ibadah yang sejati maka ibadah yang kita lakukan adalah suatu ibadah yang benar, tidak ada salahnya untuk pergi ibadah setiap hari, bahkan setiap jam dalam kehidupan kita, namun tanpa kita mengetahui apa itu ibadah yang sejati, maka sudah pastinya kita akan beranggapan bahwa saya adalah orang yang rajin, dan saya adalah orang yang diberkati Tuhan, karean saya rajin pergi ke Kristen, ibadah yang sejati bukanlah dilihat dari kerajinan kita kepada Tuhan, melalui ibadah-ibadah yang kita lakukan, melainkan ibadah yang sejati atau yang benar adalah ibadah yang rajin namun mampu mempersembahkan tubuh dan seluruh kehidupannya kepada Tuhan Yesus mengatakan dalam Roma 121. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihati kamu, supaya kamu mempersembahkan tubumu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenaan kepada Allah; itu adalah ibadah yang sejtai."Sobat Kristen, sungguh jelas Alkitab mengatakan, sehingga sebagai orang percaya, janganlah hanya kita menjadikan ibadah sebagai rutinitas belaka, melainkan marilah kita memberikan diri kita seutuhnya bagi Tuhan, dan marilah kita memberitahkan Firman Tuhan kepada sesama-sesama kita, melalui perkataan, perbuatan, serta pikiran kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.

Jawaban(1 dari 3): Ingat Mama saya. Bulan Agustus lalu, saat case covid sedang tinggi-tingginya. Mama saya meninggal karena Covid. Saya tidak pernah menyangka, covid merenggut mama saya. Bulan Juli, tepatnya tgl 25 Juli, saya pulang ke rumah Mama untuk menengok beliau dan anak saya yang di raw

Catatan Khotbah Ibadah yang Sejati. Ditulis dari sharing Bp. dr. Paulus Rahardjo di Ibadah Minggu Tgl. 12 Maret 2023. “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati.” Roma 121. Ada Tiga Pelajaran untuk mencapai Ibadah yang Sejati, yang kita dapatkan dari ayat di atasPertama. Persembahan Diri. Di ayat di atas, Paulus memulai nasihatnya dengan mengatakan “demi kemurahan Allah,” dan pastinya setelah itu ada nasihat yang sangat penting yang harus diperhatikan, karena dimulai dengan nama-Nya. Paulus menekankan betapa pentingnya kita mempersembahkan tubuh kita kepada-Nya. Dan hal ini telah menjadi polemik bagi bangsa Yahudi, karena sebelumnya mereka telah terbiasa untuk mempersembahkan sesuatu yang berwujud hewan, dan tentunya berakhir pada kematian hewan tersebut di atas altar persembahan. Di dalam bahasa aslinya, mempersembahkan tubuh itu sama dengan mempersembahkan diri, yang berbicara tentang mempersembahkan segala sesuatu yang ada pada tubuh kita. Tuhan tidak menginginkan persembahan yang sudah mati, sama seperti hewan korban persembahan tersebut, tetapi Dia menginginkan persembahan yang hidup. Pada saat kita masih hidup, apa saja yang kita perbuat melalui seluruh anggota tubuh kita, juga melalui perkataan dan perbuatan, dapat memuliakan nama-Nya. Hal ini juga merupakan bagian dari ibadah Adalah perbuatan yang jelas tidak memuliakan dan mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Bahkan ada pepatah Tiongkok kuno yang dalam bahasa Indonesianya berbunyi,Bencana itu dapat datang melalui apa yang keluar dari mulut / perkataan kita. Tetapi, berbagai macam penyakit juga dapat masuk dari apa yang masuk ke dalam mulut kita. Karena itu, jagalah baik-baik mulut dan perkataan kita. Selain itu, biarlah kelembutan hati, wajah dan mimik kita, senyuman, sentuhan kasih melalui tangan kita, dan semua hal di dalam hidup kita ini dapat dipakai dan diurapi-Nya untuk dapat menyatakan kemuliaan-Nya. Ke manapun kaki kita melangkah pergi, semuanya mendatangkan kemuliaan hanya bagi You LIVE for Christ?“Open Doors” adalah sebuah organisasi misi yang didirikan oleh Brother Andrew untuk dapat menyokong setiap anggota Tubuh Kristus yang melayani di berbagai daerah misi. Pada suatu hari Brother Andrew bertanya, “Will you DIE for Christ?”Apakah kita mau untuk cukup serius menjadi pengikut Kristus, dan setia sampai mati? “But, it’s not fair question,” dan Brother Andrew mengubah pertanyaannya,“Will you LIVE for Christ?”Persembahan Diri yang Hidup justru berarti kita mau untuk “mematikan” kehendak kita sendiri, agar Kristus dan kehendak-Nya, dapat hidup di dalam diri kita di setiap harinya. Kita juga dimampukan untuk dapat memahami dan melakukan kehendak Kristus yang terbaik bagi kemuliaan-Nya. Kedua. Menjadi Pengelola bukan Pemilik. “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Kejadian 215. Kita bukanlah pemilik, tetapi hanya sekadar pengelola dan pengurus. Kata “mengusahakan” di ayat di atas memiliki pengertian menjadikan lebih baik, dan kata “memelihara” artinya merawat. Apa pun yang Tuhan serahkan dan percayakan dalam hidup kita, baik hal itu diri pribadi, keluarga, sekolah, pekerjaan, pelayanan, dan apa pun juga.. marilah kita menjadi pengelola yang baik dari semuanya itu. Semuanya memang menjadi milik Tuhan, tetapi marilah kita terus merawat dan menjadikannya lebih baik lagi.“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” 1 Korintus 619-20.Bahkan hidup kita bukanlah milik kita sendiri, karena ayat di atas dikatakan telah lunas dibayar melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib, marilah merawat hidup kita baik secara tubuh fisik, jiwa, dan juga roh. Semua adalah pinjaman dari-Nya, kelak pada saat kita kembalikan pada-Nya, kita harus bertanggung jawab atasnya. Sadarilah, betapa penting menjaga tubuh kita dengan baik. Air Force One. Adalah pesawat resmi dari presiden Amerika Serikat. Pesawat ini benar-benar menjadi pesawatnya presiden, ketika bapak presiden Amerika Serikat itu sudah masuk ke dalamnya dan menggunakan pesawat tersebut. Demikian juga dengan hidup kita yang dkatakan sebagai bait Roh Kudus, sesuai dengan ayat di atas. Siapakah yang benar-benar menjadi Penguasa di dalam hidup kita? Apakah Tuhan? Atau hanya sekadar ego diri kita sendiri? Pemilik hidup kita adalah Tuhan, dan yang hidup di dalamnya adalah Raja di atas segala raja. Dan karena harganya telah lunas dibayar, biarlah melalui hidup kita dapat mendatangkan pujian dan kemuliaan hanya bagi nama Tuhan. Amin. Allah memiliki hidup kita dua kali Pada waktu kita diciptakan, dan pada waktu kita ditebus-Nya. Ada kisah seorang pelukis terkenal yang masuk ke dalam sebuah toko, dan menemukan beberapa lukisan yang sudah usang dan tak utuh. Dan setelah diselisik lebih jauh, ternyata dirinya menemukan beberapa lukisan yang pada mula-mula dilukisnya. Lukisan tersebut seharusnya bersamanya, karena lukisan itu adalah hasil karyanya, tetapi dirinya tidak bisa meminta lukisannya dengan begitu saja. Mengapa? Karena lukisan tersebut sebelumnya sudah dibeli dan telah menjadi hak milik dari orang lain. Dan untuk memilikinya, dirinya harus membeli lunas kembali lukisan tersebut, agar dapat bersama-sama dengan dirinya, di rumahnya. Demikian hal yang sama dengan hidup kita. Sesungguhnya, hidup kita sudah dibeli kembali, dan harganya sudah lunas dibayar melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Dan ketika kita memanggil Dia sebagai Tuhan, bahasa aslinya dari bahasa Yunani, dan tertulis κυριο - kurios, yang memiliki arti tuan, bapak, dan pemilik. Dan hal ini memiliki arti bahwa kita mengakui bahwa Tuhan adalah owner / pemilik dari keluruhan tubuh kita. Firman-Nya berkata,“Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” ayat 20. Jadilah pengelola yang baik. Ketika Tuhan sebagai Pemilik dari hidup ini datang dan memintanya kembali, kita sudah siap dengan memberi-Nya pertanggungjawaban atas apa saja yang sudah kita perbuat terhadap waktu dan kesempatan yang sudah Dia percayakan, ketika kita masih hidup di dalam dunia ini. Selama kita hidup, kita sudah mempersembahkan tubuh ini sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadah kita yang sejati Roma 121. Ketiga. Aplikasi Dari Hati menjadi Aksi. Allah harus menjadi centre / pusat dari keseluruhan di hidup kita. Ada sebuah kisah dari Ibu Pdt. Dorothy Marx, misionaris dari Overseas Missionary Fellowship OMF. Pada suatu hari ada seorang rekan mahasiswa yang bertanya pada beliau, lebih penting mana untuk hadir di persekutuan doa malam atau belajar untuk besok ada ujian di kampusnya? Kedua hal ini sama-sama penting. Dan Ibu Dorothy meminta kartu identitasnya dan menanyakan pekerjaan apa yang tertulis di atasnya. Dan di kartu identitasnya tertulis “Pelajar / Mahasiswa”. Lebih lanjut Ibu Dorothy berkata,“Belajar lebih penting. Tetapi jauh lebih baik bila dirimu jauh-jauh hari sudah terbiasa untuk belajar terlebih dahulu / nyicil, sehingga dapat hadir di persekutuan doa malam pada hari ini.”Hidup kita memang memiliki banyak segi, dan bagi beberapa pihak tidaklah mudah untuk meletakkan skala prioritas kehidupan. Mana lebih penting, yang harus didahulukan. Tetapi bersama dengan kasih dan hikmat Tuhan yang pasti akan selalu menuntun, marilah kita tetap menjadikan Allah sebagai nomor satu dan menjadi pusat dari segalanya. Apa pun yang sedang kita kerjakan, ada unsur Allah yang menjadi pusat dari segalanya. Marilah mempersembahkan tubuh sebagai Persembahan yang Hidup, kudus dan juga berkenan pada Allah, yang merupakan ibadah kita yang sejati Roma 121. Menyadari seutuhnya segala sesuatu yang Tuhan sudah percayakan di dalam hidup kita ini sifatnya hanyalah sementara dan kita adalah pengelola, bukan Pemilik. Karena suatu hari kelak kita harus mempertanggung jawabkannya di hadapan Tuhan, marilah kita terus merawat dan menjadikannya lebih baik pada akhirnya, dari kasih kita kepada Tuhan di dalam Hati akan diberi hikmat dan juga terus dimampukan-Nya untuk dapat menjadi Aksi, dan tetap menjadikan-Nya sebagai pusat dari segala sesuatu yang kita perbuat. Dan nama-Nya dapat dipermuliakan melalui hidup lagu Bapa Kupersembahkan Tubuhku. Oleh Welyar Kauntu. Bapa kupersembahkan tubuhku, s’bagai persembahan yang hidup. Kudus dan yang berkenan pada-Mu, s’bagai ibadah yang sejati. Kusembah Kau Tuhan. Kusembah Kau Tuhan. Kuserahkan hidupku kepada-Mu. Untuk kemuliaan nama-Mu. Amin. Tuhan Yesus memberkati.
A Pengertian Empati. Empati berasal dari kata Empatheia yang memiliki arti ‘ikut merasakan’. Empati adalah sebuah keadaan mental, dimana seseorang merasakan pikiran, perasaan, atau keadaan yang sama dengan orang lain. Untuk dapat lebih memahami perasaan yang dialami diri sendiri dan orang lain, Grameds juga dapat membaca buku Seri Aku Dan
Oleh Yunus Septifan Harefa Romans 121 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati. Ibadah bukan hanya di hari Minggu. Ibadah juga bukan hanya soal menyanyi atau menari. Ibadah adalah tentang hidup yang kita jalani setiap hari. Menurut Rick Warren, pekerjaan kita pun menjadi ibadah ketika kita mendedikasikannya kepada Allah dan melakukannya dengan sebuah kesadaran akan kehadiran-Nya. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang kita lakukan termasuk yang kita pikirkan dapat menjadi ekspresi dari sebuah ibadah apabila kita melakukannya dengan tetap memandang kepada Allah. Dalam Roma 121-8, terdapat dua hal penting yang harus kita pahami mengenai ibadah. Pertama Ibadah Berbicara Mengenai Kehidupan “Saya” Ibadah tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan personal tentang “saya”. Ketika saya beribadah, maka hidup saya juga harus menunjukkan hidup yang berubah. Kalau saya beribadah, maka hidup saya akan berbeda dengan orang-orang di dunia ini. Kalau saya beribadah, maka hidup saya harus kudus dan berkenan bagi Allah. Kalau saya beribadah, maka pikiran saya juga harus mampu membedakan manakah kehendak Allah dan yang bukan kehendak-Nya. ay. 1-2 Kedua Ibadah Berbicara Mengenai Kehidupan “Kita” Ibadah tidak hanya berhenti pada kehidupan “saya”. Ibadah juga berbicara mengenai kehidupan “kita”. Ketika saya sudah dikuduskan oleh Allah menjadi umat-Nya, maka saya dipisahkan dan dikumpulkan bersama dengan orang-orang kudus lainnya. Ketika saya berkumpul dengan orang-orang kudus lainnya, maka ibadah bukan lagi hanya tentang saya, tetapi tentang kita bersama. Dalam kehidupan kita bersama inilah muncul istilah “keragaman”. Paulus menggambarkan keragaman itu dengan menjelaskan bermacam-macam karunia ay. 3-8. Setiap orang punya karunia yang berbeda, yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, perbedaan yang ada bukan bertujuan untuk menghancurkan, malahan perbedaan tersebut berfungsi untuk tetap menjaga keutuhan bersama. Ketika kita mampu menjaga kehidupan bersama, maka sebenarnya kita sedang beribadah. Oleh karena itu, hiduplah sebagai seorang yang beribadah! Secara personal, kita menjaga kekudusan. Secara komunal, kita tetap mampu berkarya dalam keragaman. Ibadah yang sejati itu mengubahkan “saya”, tetapi tidak pernah memisahkan “kita”. Yunus
ArtiNama Wafa – menurutparaahli.com. Sedang mencari arti nama Wafa untuk memberi nama bayi perempuan? Dalam ulasan ini akan dibahas mengenai makna Wafa beserta asal bahasa dan kumpulan rangkaian namanya. Wafa mempunyai arti: [1] Kesempurnaan [2] Amanah [3] Janji [4] Taat [5] percaya [6] Ketulusan [7] kesetiaan, dan berasal dari bahasa Arab. IBADAH YANG SEJATI ROMA 121 OlehTriputramahasiswa STTIA Kata ibadah bukan merupakan hal yang asing bagi manusia khususnya umat kristen. tapi, kebanyakan orang dalam pengertiannya mendefinisikan ibadah itu adalah hanya ketika mereka datang ke gereja saja. Berikut ini definisi dari pada ibadah 1. Menurut Bahasa Indonesia. Ibadah adalah Perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yg didasari ketaatan untuk mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 2. Menurut Bahasa Alkitab • PL berasal dari kata “äbodah” mengabdi. Artinya ibadah adalah ketaatan pada perintah-perintah Tuhan dan pengabdian kepada-nya seperti pengabdian/pelayanan yang utuh dari seorang hamba kepada tuannya. • PB  Latreia berarti pengabdian’, hubungan dengan dewa-dewa bermakna “ibadah’ penyembahan.  Proskuneo yang berarti sujud atau membungkuk atau meniarap dihadapan tuannya. KESIMPULANNYA Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah adalah pelayanan atau pengabdian seutuhnya kepada Allah, yang dinyatakan baik dalam bentuk penyembahan maupun dalam tingkah laku bukan hanya ketika datang ke gereja saja. Rasul Paulus menasehatkan jemaat di Roma supaya ibadah itu adalah ”ibadah yang sejati Roma 121”, jemaat Roma adalah Roma 17-8 • Jemaat Yang dikasihi Allah Ay. 7. • Jemaat yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus Ay. 7. • Jemaat yang memiliki iman yang telah tersebar di seluruh dunia Ay. 8. Dari ketiga poin di atas, dapat dipahami bahwa jemaat di Roma adalah jemaat yang sudah mengenal dan percaya serta sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat mereka. Bukankah kita sama seperti jemaat yang ada di Roma…?? Timbul suatu pertanyaan mengapa Rasul Paulus menulis Roma 121..? ada apa di Roma..? • Di Roma adanya penyembahan-penyem bahan berhala  Penyembahan kepada kaisar  Roma 123-25 – Menggantikan kemuliaan Allah dengan dusta – Penyembahan kepada makhluk ciptaan dengan melupakan pencip tanya • Menyerahkan anggota tubuh kepada dosa/kelaliman 613 Kembali pada tema di atas bagaimana dan apa maksud dari rasul Paulus mengenai ibadah yang sejati berdasarkan Roma 121. Ibadah yang sejati adalah • Hidup adalah ibadah dengan menyerahkan tubuh sebagai persembahan kepada Allah saja untuk menempuh kehidupan yang baru, yang menjauhi dosa dan menentang kuasa dosa itu. • Kudus adalah ibadah dengan menyerahkan tubuh sebagai persembahan yang suci tanpa cacat cela kepada Allah. • Berkenan adalah ibadah dengan mempersembahkan tubuh hanya kepada Tuhan yang sesuai dengan ukurannya/ standarnya Allah. • Tidak serupa dengan dunia adalah ibadah dengan menyerahkan tubuh sebagai persembahan kepada Allah tidak seperti dunia memberikan persembahan. • Tidak memikirkan hal-hal yang lebih tinggi/ tidak ego ay. 3 adalah ibadah dengan menyerahkan persembahan kepada Allah sesuai dengan standar Allah bukan dengan penuh keegoisan atau kesombongan. • Adanya kesatuan hati  saling melengkapi ay. 4-8. di dalam ibadah bukan saatnya untuk saling menonjolkan diri tapi ibadah yang sejati itu adalah ibadah yang saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain. • Penyerahan hidup sepenuh kepada tuhan sebagai senjata kebenaran 613 adalah orang percaya yang sudah ditebus oleh Kristus tentu ia adalah milik Kristus, tugas dari milik Kristus adalah menyerahkan tubuhnya kepada Kristus sebagai senjata untuk kemuliaan Allah. APLIKASI • Seberapa lama kita menjadi orang Kristen?? • Kita adalah Umat TUHAN. sudahkah kita..?? • Melakukan ibadah yang sejati..?? • Berubah, tidak sama dengan dunia..?? • Menghilangkan keegoisan..?? • Bersatu hati..?? • Penyerahkan hidup sepenuh kepada Tuhan..? BAGAIMANA DENGAN IBADAH KITA ..?? TUHAN YESUS MEMBERKATI, SemangatAS Padabagian terakhir, Paulus berkata bahwa inilah ibadah kita yang sejati. Ketika kita berbicara mengenai ibadah maka yang ada di pikiran kita adalah hari minggu kita pergi ke gereja. Ya memang betul itu adalah ibadah. Tetapi sebenarnya konsep ibadah tidak dapat dipersempit pada ibadah hari minggu saja. ggsnapit ggsnapit Sejarah Sekolah Menengah Pertama terjawab Iklan Iklan sellytarivanugraha2 sellytarivanugraha2 Jawabanmempersembahkan tubuh sebagai korban yg hidup dan kudus seperti yg telah dikemukakan sebelumnyaPenjelasanmaaf kalo salah Jawaban ya betulnya kalo kakanya ngga belajar knp dia bisa jawab pertanyaan ini coba lah lu pada kira kakanya ngga belajar apa? belajar woi bukan main ff nanti kakak bilang ngapain ini bilang main FF bilang Jak belajar nanti marah kau kakak abang yang Iklan Iklan Pertanyaan baru di Sejarah Banyak orang yang keluar dari kepemimoinan abu bakar penyebabnya antara lain nilai sin 180°+a sama dengan nilai​...a. -sin ab. -cos ac. sin-ad. sin ae. cos a 47. Sebutkan beberapa kebijakan yang dilakukan Shalahudin Al Ayybi dalam membangun pemerintahan! ​ Salah satu amal usaha Muhammadiyah yang mempunyai fungsi sebagai pusat layanan pengobatan dan jaminan kesehatan bagi semua masyarakat diwujudkan dalam … bentuk...​ Kitab suci Al-Qur'an bukan hanya sebagai petunjukkan akan tetapai membacanya juga merupakan ibadah yang berpahala, maka seorang muslim perlu menguasai … cara baca Al-Qur'an yang baik dan benar. Sebagai misal hukum bacaan tajwid dari QS. An-Nahl 115 yang bergaris bawah secara berurutan adalah... انما حرم عليكم الميتة والدم ولحم الجنزير وما أهل لغير الله به فمن أضطر غير باغ ولا عاد فإن الله غفور رحيم A. Idahar qomariyah - mad jaiz munfasil - ikhfa' hakiki B. Idgham syamsiyah - mad wajib muttasil - ikhfa' syafawi C. Idhar halqi - mat thabii - idgham bilaghunnah D. Idgham bilaghuhnnah - mad jaiz munfasil - ikhfa' syafawi​ Sebelumnya Berikutnya Iklan
1 Ibadah Kristen yang Sesungguhnya ialah Mengalami pembaharuan akal budi (Ayat 2) Jangan serupa dengan dunia: norma-norma, sudut pandang, cara berpikir, cara hidup, atau konsep dunia. TL: “Dan janganlah kamu menurut teladan orang dunia ini ”. Pembaharuan budimu; KJV: “Renewing of your mind”.
Ibadah adalah suatu sikap hati dimana segala-galanya - seluruh hidupnya, keberadaan dan milik kita - menjadi persembahan yag terus-menerus kepada Tuhan, yang senantiasa dicurahkan kepada Tuhan. Ibadah yang benar adalah penyerahan sepenuhnya dari kehendak dan segala sesuatu yang kita miliki kepada Tuhan - dalam segala waktu, tempat, kegiatan, pikiran dan perasaan. Akan kami gambarkan maksud kita dengan memakai pandangan kita tentang bagaimanakah seharusnya seorang hamba Tuhan. Mungkin anda berpendapat bahwa seorang hamba Tuhan dalam memberitakan Injil harus mempunyai satu tujuan saja dalam pikirannya - yaitu memuliakan Tuhan dengan membawa keselamatan dan kemudian pengudusan kepada orang berdosa. Karena ia adalah hamba Tuhan maka anda merasa bahwa ia seharusnya belajar, berkhotbah dan melakukan tugas-tugas pelayanannya bukan untuk dirinya sendiri, bukan untuk gajinya, bukan pula untuk meningkatkan popularitasnya, tetapi hanya untuk memuliakan Tuhan. Kini jelaslah bahwa jika ini bukan tujuannya maka pelayanannya tidak dapat diterima Tuhan sebab bukan merupakan persembahan kepada Tuhan. Bukan ibadah kepada Tuhan tetapi ibadah kepada diri sendiri. Ibadah bagi seorang pendeta ialah suatu keadaan pikiran dimana semua tugas-tugas kependetaannya dilakukan hanya bagi kemuliaan Tuhan dan seluruh kehidupannya merupakan persembahan yang terus menerus kepada Tuhan. Anda berpendapat bahwa seorang pendeta harus beribadah kepada Tuhan dalam segala hal sama seperti doa dan khotbahnya - anda benar! Bukan saja seharusnya, tetapi sesungguhnya ia harus beribadah diluar mimbar sama seperti ketika ia berada di mimbar. Jika ia dipengaruhi oleh motivasi duniawi dan kepentingan diri sendiri selama seminggu itu maka motivasi yang sama itu pasti akan ada di hatinya pada hari Minggu. Jika pada hari Minggu itu pikirannya berpusat pada kesenangannya sendiri, berusaha mengunggulkan dirinya sendiri, maka demikian pula yang terjadi pada hari Minggu. Jika ibadah seorang hamba Tuhan semata-mata hanya suatu sandiwara - ia berkhotbah, berdoa, mengunjungi orang dan melakukan semua tugasnya hanya dengan tujuan untuk menunjang hidup keluarganya atau hanya mendapat penghormatan dan perhatian bagi dirinya sendiri - saudara pasti berkata bahwa ia orang jahat, dan jika ia tidak bertobat, ia pasti akan kehilangan jiwanya. Kalau itu pendapat anda, anda benar! Bila saudara jujur, saudara dapat malakukan penilaian dan memutuskan dengan benar sifat dan nasib orang-orang seperti itu. Sekarang, ingatlah, standar ini berlaku bagi kita semua!!! Tanamkan dalam pikiran kita, bahwa tidak ada tindakan, semangat atau luapan perasaan pribadi - atau keputusan untuk berubah, atau janji untuk saat dimasa mendatang - yang merupakan ibadah. Karena ibadah adalah keadaan kehendak dimana pikiran ini tenggelam seluruhnya didalam Tuhan sebagai Pribadi yang paling kita cintai - dimana kita tidak saja hidup dan bergerak dalam Tuhan tetapi juga untuk Tuhan. Dengan kata lain, ibadah adalah keadaan pikiran dimana perhatian dialihkan dari keakuan / kepentingan diri sendiri dialihkan kepada Tuhan - pikiran, maksud, kehendak, perasaan dan emosi, semuanya dicurahkan hanya kepada Dia.
.
  • gnhmpa5m49.pages.dev/439
  • gnhmpa5m49.pages.dev/113
  • gnhmpa5m49.pages.dev/366
  • gnhmpa5m49.pages.dev/483
  • gnhmpa5m49.pages.dev/818
  • gnhmpa5m49.pages.dev/43
  • gnhmpa5m49.pages.dev/252
  • gnhmpa5m49.pages.dev/690
  • gnhmpa5m49.pages.dev/934
  • gnhmpa5m49.pages.dev/580
  • gnhmpa5m49.pages.dev/7
  • gnhmpa5m49.pages.dev/291
  • gnhmpa5m49.pages.dev/11
  • gnhmpa5m49.pages.dev/30
  • gnhmpa5m49.pages.dev/940
  • apakah nama lain dari ibadah yang sejati