Dalampuisi Nyanyian Angsa karya W.S. Rendra, alur yang muncul adalah alur rumit, yang menghadirkan kejutan nasib dari sang tokoh dari awal, tengah, dan akhir dari pemadatan/ inti peristiwanya. Waktu ditandakan sebagai jam 1 siang, matahari masih sedang panas-panasnya. Alur tersebut mempertemukan Maria Zaitun dengan koster dan pastor gereja
Hai teman, Balik lagi nih bareng IMYID, gak disangka - sangka ternyata beberapa postingan mengenai puisi dan prosa banyak di cari oleh kalian semua. Jadi dikesempatan pada januari 2020 yang berbahagia ini, IMYID kembali dengan beberapa postingan dengan tema bahasa Indonesia setelah hampir 2 tahun IMYID tidak update, sekarang akhirnya comeback. hehe IMYID kali ini akan share banyak sekali judul puisi dengan tema "Menyulam waktu" penasaran ? Ini dia beberapa contoh puisi tersebut 18 Contoh Puisi dengan Tema atau Topik Waktu, Menyulam waktu Menyulam waktu Perempuan itu nyatanya terlalu menginginkan hujan Ingin mendekap, dalam-dalam Sayangnya, hujan enggan cepat didekap Ia harus menghitung putaran detik di jam dinding kamarnya Berminggu-minggu, berbulan-bulan Sampai bayi merah kini telah merupa mawar merekah "Jangan hanya menunggu, lakukan sesuatu" ucap rintik di satu waktu Maka bila suatu saat nanti hujan tak mau lagi Mengalirkan harap pada dekap Setidaknya dada puan itu telah kuyup oleh gerimis Namun Mata air yang katamu benar bening, nyatanya telah kering oleh sajak yang dituturnya tiap-tiap malam Perempuan itu, telah beku. Sebelum Pulang Sebelum kau benar-benar pergi meninggalkan sepetak kesunyian di tempatku terbaring. Kumohon tinggallah sejenak, meski setengah hari untuk menyulam waktu Agar menjadi sepotong riwayat yang sempurna kita lahirkan, Mengalir indah dalam beberapa jarum waktu dan gerimis yang sangat tajam Memuaikan beberapa nama ke angkasa. Sebelum kau benar-benar pergi meninggalkan aku. Kumohon engkau mengerti perjalanan rinduku Yang terburu oleh waktu. Hanya bayang imajinasi yang bergelayut dalam pikiranku, merajut mimpi yang tersisa Kala dirimu selangkah lebih jauh dariku. Di ranjang ini, aku terbaring dan berdoa Agar kau mau untuk merangkum cerita Di tiap kergesaan menyulam waktu bersamaku. MERAWAT RINDU Masih yang tulus ku rasa sedetik pikiran tanpa tak meluka dengan sebingkai noda paling indah merona "La-la-la-la" denting relungku menjajaki hamparan jiwa Sebuah senyum di ujung waktu penuh rana Mungkin yang setia ku bawa memantik rindu tak bertepi dengan raga merajut waktu kalbu dengan nyawa Apalah sebuah nada "sya-da-du-du-da-da" hayalku tak pernah luput tanpa dia Serbuk detik ku tumpuk Misiu menit ku genggam Debu jam ku jadikan tumpu Tak peduli tampungan tahun yang ku tahu hanya menyulam waktu Hayal bukan berarti ku tak berakal Mati bukan berarti ku tak mampu menari Gila bukan berarti ku tak berdaya Ini hanya ku tak suka bahagia tanpa dia yang selalu di dada, selamanya. Putaran Ambisi Degup jantung menghempas ke seluruh tubuh Memanaskan tujuan tiap kalo tak sejalan Luapkan ambisi seisi tubuh Yang menggoncang ruang putaran Derai langkah terus berjalan Dibelakang waktu Melampaui tiap-tiap keinginan yang mulai memuncak Hingga melupakan sibuknya menuju jalan yang abadi Tanpa pikiran yang tenang Maka hari ini Akan ku sumpah Waktu lah yang selalu menungguku Menantimu Denting demi denting waktu terlalu cepat bergerak. Tetes demi tetes embun terlalu cepat mengering. Sirat demi sirat sinar terlalu cepat tersebar. Namun mataku.. Terbujur kaku menatap satu titik semu pada sebidang pintu itu. Tempat dimana bayang sosoknya tiba. Tempatku berjumpa dengan kehangatan. Butiran debu berbisik mengajakku pergi. Namun kursi tua ini terlalu nyaman untuk ku beranjak. Aku terjebak pada waktu yang enggan menjawab kapan sosok itu tiba. Besitan demi besitan bayangnya temani jenuhku. Buatku semakin enggan tuk bergerak. Ku perangi arus kesunyian. Ku arungi arus kejenuhan. Ku sulam waktu demi waktu. Untuk menghangatkanmu dengan rajutan kasih. Takdirku Sejak menatap dunia, aku bernafas dalam penjara Penjara yang membuatku sekilas nampak remaja Namun bahkan terhadap asa aku hanya menyapa Lalu kau tanpa sengaja melintasi senja Dimana aku sempat mencoba Terbangun dari semua ilusi belaka Yang sering ku anggap nyata Selaksa gemintang menjadi saksi Penantian dalam yang ku simpan di hati Tentang sebuah rasa yang sepi Karena sebuah nama yang tanpa sengaja hinggapi Penjaraku tak lagi senyap Sebab pikirku kini tlah lenyap Ikuti langkah kecilmu yang berderap Hingga Waktu Menyulam Dirinya Tertahun aku tertahan tak berlari ingin berjalan saja tak berani melupa pada terbersitnya pelangi sesudah hujan menyarukan senyummu lekas-lekas ke peraduan Aku rindu, bertemu pada tatap sayu candamu menyunggingkan lekukan mata mengedipkan tanya menggoreskan suka pada harap yang kian melonjak mengikiskan duka pada waktu hingga terasa mati Sekelumit angin menerpa datang tiada kuat tubuh menahan kering yang gersang dahaga, lelah dan lapar menyemukan bayangan sukma, raga, terlukis tertimpah rembulan Aku menunggu, menggengam tanganmu yang bukan ternyata adanya sembilu menyayat sulur-sulur darah dan nadi mengkhayal dipelukmu setinggi istana para peri menggapainya saja butuh triliyunan anak tangga Gelagar terbentang mengokohkan pelatar membangun pondasi meninggikan atap menanti hati menjadi serupa dan sediri biar melumut rambut di badan Aku menengadahkan hati, memilih kasih menyayat kalbu membiarkan pesona menipuku, menanti kau yang telah dimiliki lagi-lagi ... lepas-lepas ... didahului seberkas mentari Aku sungguh ... Matahari yang tak sudi ada mentari yang lain Namun, Diriku hanya merupa setitik air dari samudera pembelenggumu Salahku, tak menemuimu ketika pagi ... Dosaku, menjumpamu sesingkat pagi ... Kebodohanku tak menyadari hingga waktu menyulam dirinya dengan benang tak terbatas engkaulah itu Waktu Rasanya kuingin menyulam waktu. Menatap kembali ke masa lalu. Bercumbu dengan kenangan. Di saat aku ingin memilikimu sepenuhnya. Tanpa memedulikan sesiapapun. Yang terpenting adalah kamu dan aku bersama. Merajut waktu di kala rindu mencuat. Kuingin tetap tinggal di waktu lalu ini. Karena dengan bebas, aku bisa menatapmu di balik gorden ini. Menantimu berjalan menyusuri rumahku. Tertawa indah yang mampu membiusku ke dalam kehangatan. Ah, waktu. Izinkan aku kembali, hanya sekadar mengucap rasa yang tertahan ini. Izinkan aku berjuang memilikinya. Izinkan aku selalu melihat senyum indahnya. Biarkan aku menyulam waktu demi dia. Kurela berkorban demi dia. Ingin kubisikkan kata terindah padanya, bahwa aku mencintainya amat sangat. Penantian Tanpa Ujung Aku masih di sini Menantimu untuk kembali Ulangi kisah yang pernah tertulis Dengan tinta merah pena cintamu Kini setelah kau pergi Hidupku hampa tanpa dirimu Berselimut angin kesunyian Mendekap rindu dalam sendu Awan mendung hiasi wajah Datangkan hujan air mata Luapkan banjir penuh duka Di dalam badai kerinduan Hari-hariku sepi tanpamu Malamku sunyi tanpa dirimu Hatiku panas tidak terkira Dibakar api gejolak rindu Kini diriku telah terjebak Dalam penantian tanpa ujung Berharap dirimu kembali lagi Kau... yang kini telah tiada Selisik Separuh detik Angin datang pada musim klasik Ada Diaroma Seratap duka dalam kurun tanpa masa Pagi itu Angin klasik menerobos dinding Sedang, jarum kecil masih memeluk detik-detik panjang Sepotong kain bernama waktu teronggok Belum selesai sang penyulam bekerja, namun ia sudah merongok Kain itu punyaku Selisik Detik klasik Bisakah aku meminta kau melanjutkan langkah yang belum berirama? Atau, bisakah aku meminta hal sederhana ; Jadilah penyulam waktuku dengan detik-detik panjangmu. Suatu tempat, suatu waktu Aku; Wanita Separuh Baya Adalah aku, wanita separuh baya yang lugu gaya Hilang pesona digerus masa Terbelenggu sepi Terkungkung oleh histori janji Setiap hari hanya menghitung mimpi-mimpi Aku; wanita paruh baya Tinggal separuh nyawa menata eloknya dunia Tak ternyana selama ini dipenjara duka Pada bayang-bayang fatamorgana merajut setia di langit senja Barat Daya Malam-malam semakin mendiam, lalu berlalu Tetapi aku, masih saja menyulam waktu Tak bisa mengubur masa lalu dalam pekatnya kisah-kisah tabu Aha Aha! Aha! Aha! Hari masih sore Tanah masih basah Angin masih mengalir Pernak-pernik yang semula tercecer, kini menyatu dalam rangkaian Benang yang semula tebal, kini tinggal beberapa helai Bohlam yang semula benderang, hanya temaram yang ia sisakan Cinta, Aku di sini Siap menyambutmu dengan segala upaya Menyuguhkan senyum terhangat yang mungkin hanya kau dapati dariku Cinta, Kau masih ingat? Bagaimana cantiknya diriku Saat terakhir kali kau menatapku Sekarang aku lebih cantik, dari bidadari yang mungkin saat ini menemanimu Aku tidak memakai gamis hitam seperti dulu Aku tidak serapuh dulu Ketika kau meninggalkan sebuah ucap 'Sabar' Dan pergi dari gubuk terindah kita Membiarkanku menyulam sendirian Aku baru tersadar, Cinta, itu dulu Aku baru sadar bahwa sore tak pernah lagi ada Tanah sudah mengering Angin sudah berdebu Dan kau tetap tak pulang Membiarkanku dipeluk tangis Yang menghujam sepanjang malam Aku Penyulam Waktu Sunyi memaku larik-larik rindu Dalam dekap erat waktu Kutatap sulaman itu Yang kujalin perlahan dengan benang air mata Bertaburan manik kisah episode lalu Berhamburan helai tanya dukaku "Akankah kisah ini cepat berlalu?" tanyaku pada angin Mozaik kecil serpihan hati melayang pada kibaran angin berembus Masih kusulam bait puisi pasi untukmu Aku penyulam waktu Mengurai kusai detik yang lama merindu Kutunggu setengah kolase hatiku Yang tertinggal entah Dalam album waktumu Lilin Putih Temanku Lilin itu kini menyala Di sini, di bawah pohon ini Menemaniku menunggu puan kembali Lilin itu masih menyala Perlahan meleleh ke bawah Masih terasa sedikit kehangatannya Lilin itu menghiburku Menari bersama angin senja Kadang dinginnya memukul tulangku Lilin itu hampir mati Namun puan belum juga datang Apakah lupa janji tadi pagi? Lilin itu harus tetap menyala Untuk menerangi langkah kakimu Itupun jika kau ingat janjimu Lilin itu benar mati Menutup akhir puisi ini Tanpa bertemu puan sama sekali Lilin benar-benar hilang Sekarang tanpa ada kehangatan Daku meringkuk kedinginan dalam gelap malam Gulma Tak Bernyawa Dia menjelma kerdil Terasing dalam kesepian panjang Dingin, menggigil.. Mendekap angan di tepian petang Dia mengerti, Kepergian, ialah bait terakhir pada puisi Pun tentang waktu tak' pernah berkeluh Membawa kenangan yang tak jua utuh Dia Ialah dirinya, Dalam kisah gulma terluka Menghitung tiap terbit dan terbenam Menunggu takdir menghunus nyawa hingga ke akar Aku Dan Kue Ulang Tahun Hari ini aku merobek kalender baru Belum terlewat Namun mestinya sudah tamat Ini bukan hari yang kutunggu Ketika bayang wajah muncul satu-satu Pecah tangis bayi yang membuncah Dan pijak telapak yang kubimbing mengejarku Hanya sekian tahun kenangan manis senyuman Anak-anak yang menggenggam jemari Hingga ke buaian.... Kini aku memang bangga pada mereka Kedua kaki mereka telah cukup kuat berlari Lebih jauh lagi Lebih tangguh lagi Bahkan jarang datang kembali Kini aku harus tetap bangga Ketika mereka tak punya sisa waktu Sibuk mengejar impian dunia Lupa hari ulang tahun ibunya Esok hari ketika tanggal itu lewat Sekotak kue tart datang "Selamat ulang tahun Bunda" Ujar kartu ucapan Tanpa senyuman Tanpa pelukan Tanpa kerinduan Dan aku harus tetap bahagia Meniup lilin sendirian Atau kubiarkan angin malam yang meniupnya Juga pada sisa air mata Dan keluhan yang sia-sia Sembari melanjutkan sulaman Sebagai kain penghias nisan Siapa tahu mereka lupa Pada tanggal lahir ibunya Kala Rotasi Tak Berbalik Arah Demi masa Ayat Tuhan tlah ingatkan Akankah manusia hargai Perjalanan waktu Rotasi takkan bisa berbalik arah Perbaiki perbuatan yang terlanjur salah Hanya maaf terlontar Saat tersadar Intan berlian takkan bisa beli Berapapun nilainya Tak sekalipun tergantikan Takkan berulang Kala insan meremehkan Abaikan janji Ia tlah kehilangan kepercayaan Tinggalkan bekas lubang Yang tak bisa tertambal Hanya penyesalan datang Di hari kemudian Waktu bukanlah karet Yang bisa diolor Atau dianggap mirip celana kolor Dibuat longgar Agar bisa menghindar Dengan berbagai dalih Alibi ... modus … atau akal bulus Waktu tak bisa disulam Tutupi malu dan sesal Meski sekecil lubang jarum Waktu… Sedetikpun sangat berharga Doa Senjaku Tibalah kita di ambang senja Di rambutmu lembayung saga Menjelma cendera pawana Gemuruh jiwa berkidung merdu Nyanyikan rindu laksana melagu Dalam goresan bait puisi sendu Oh, indahnya senyummu di mataku Kusulam waktu dengan namamu Takkan hilang seumur usiaku Dalam diamku yang bertafakur Berucap doa memanjatkan syukur Untuk cinta yang tak terukur Seduhan Waktu Langit tak segelap. Sekat-sekat jendela, Yang menggigil bersama jemariku. Menjerat yang begitu kukuhnya. Telah tiba waktu pilihan. Berstruktur abstraksi. Di atas setumpuk jarum, Sebagian patah, kuku-kuku. Tak ingat sudah berapa lama, Masa itu berlalu. Kau lambungkan tanganmu, Membantu menadah keringat. Menyulam waktu bersamaku. Aku hanya ada dalam kegelapan hitam dan menggigil. Sertaan kertas putih ini. Coretan terakhir teruntuk diriku. Kau seduh dalam mimpi yang tak terbayang. Helaian ini, Tak akan sempurna. Tapi kau benar-benar sudah tiada. Dalam seduhan waktu, Yang kita sulam bersama dulu. Berikutbeberapa contoh puisi balada karya WS Rendra. Puisi Balada Orang-orang Tercinta. Kita bergantian menghirup asam Batuk dan lemas terceruk Marah dan terbaret-baret Cinta membuat kita bertahan Waktu makan bayi-bayinya mungil sayang. Matanya berkata pamitan, bertolaklah ia Dirasukinya dusun-dusun, semak-semak, taruhan harian atas nyawa. Puisi Waktu Karya Rendra Waktu Waktu seperti burung tanpa hinggapan melewati hari-hari rubuh tanpa ratapan sayap-sayap mu'jizat terkebar dengan cekatan. Waktu seperti butir-butir air dengan nyanyi dan tangis angin silir berpejam mata dan pelesir tanpa akhir. Dan waktu juga seperti pawing tua menunjuk arah cinta dan arah Empat Kumpulan Sajak 1961Analisis PuisiPuisi "Waktu" berbicara tentang bagaimana waktu bergerak melintasi hari-hari tanpa berhenti. Puisi ini menggambarkan waktu sebagai sesuatu yang abadi, yang tidak terkalahkan oleh manusia. Ia menggambarkan waktu sebagai sesuatu yang tegas, yang mengontrol kehidupan manusia dan menciptakan ini juga menggambarkan keindahan dan keajaiban dari waktu, yang memberi jalan bagi manusia untuk bergerak maju dan berkembang. Puisi ini ditutup dengan kata-kata yang menyampaikan harapan bahwa manusia dapat memanfaatkan waktu dan menjadikannya sebagai sesuatu yang "Waktu" karya Rendra memiliki beberapa hal menarikPersonifikasi waktu Puisi ini menggunakan personifikasi untuk menggambarkan waktu sebagai entitas yang hidup. Waktu digambarkan sebagai burung yang terbang tanpa hinggapan, tanpa ada keberhentian. Hal ini menciptakan gambaran dinamis dan terus bergerak tentang bagaimana waktu berlalu tanpa kuat dengan penggunaan metafora Puisi ini menggunakan metafora yang kuat untuk menggambarkan sifat-sifat waktu. Waktu digambarkan seperti butiran air yang nyanyian dan tangisnya disertai oleh angin. Hal ini menciptakan gambaran tentang pergerakan yang halus dan terus-menerus dari waktu. Puisi juga menggunakan metafora tentang waktu sebagai pawing tua yang menunjukkan arah cinta dan arah keranda, mencerminkan sifat universal dan tak terelakkan dari antara keindahan dan ketidakpastian Puisi ini menggambarkan keindahan dalam perjalanan waktu, dengan sayap mu'jizat yang terkebar dengan cekatan dan nyanyian dan tangis angin yang mempesona. Namun, puisi juga menggambarkan sisi ketidakpastian dan tak terbatas dari waktu, yang bisa berpelesir tanpa tentang kehidupan dan kematian Puisi ini mencerminkan refleksi tentang kehidupan dan kematian. Waktu digambarkan seperti pawing tua yang menunjuk arah cinta dan arah keranda. Hal ini menyiratkan bahwa waktu adalah pengingat tentang keterbatasan dan ketidaktentuan hidup, serta tak terelakkan dalam menghadapi ini menawarkan gambaran yang kuat tentang pergerakan waktu yang tak henti-hentinya dan menggabungkan keindahan dengan refleksi tentang kehidupan dan kematian. Dalam gaya bahasa yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan waktu dan makna yang terkandung di WaktuKarya Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta Solo, Jawa Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 pada usia 73 tahun di Depok, Jawa Barat. PuisiKarya 'WS.RENDRA' Surat Cinta Kutulis surat ini kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib, Dan angin mendesah mengeluh dan mendesah, Wahai, dik Narti, aku cinta kepadamu ! Waktu berjalan satu arah saja. Tetapi ia bukan garis lurus. Ia penuh kelokan yang mengejutkan,

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Puisi adalah salah satu jenis karya sastra. Menurut Menurut Waluyo dalam Azizah 2015 puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang kias atau imajinatif. Puisi diringkas dengan kata-kata yang indah sehingga dapat disebut sebagai mahakarya. Setiap puisi pula memiliki pesan setiap baitnya, maka setiap penyair atau pencipta puisi memiliki gaya kepenulisannya atau ciri khas Indonesia, banyak sekali penyair-penyair terkenal, WS Rendra contohnya. Rendra atau lengkapnya Wahyu Sulaiman Rendra adalah penyair terkenal dengan ciri khas puisinya yaitu tentang isu-isu sosial seperti kesenjangan dan masalah lingkungan lainnya. WS Rendra bahkan mengatakan bahwa "Apakah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan? Apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah keshidupan". Kutipan tersebut menggambarkan bahwa puisi bukan hanya bait-bait dengan keindahan semata. Salah satu karya WS Rendra adalah Sajak Orang Kepanasan. Puisi Sajak Orang Kepanasan adalah puisi bertemakan sosial. Dari judulnya menggambarkan bahwa puisi ini mewakili orang dengan status sosial dibawah. Hal tersebut dapat diperjelas lagi melalui bait puisi yaitu "Karena kami telantar dijalan dan kamu memiliki semua keteduhan" yang dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan atau kesenjangan antara orang kaya dengan kehidupannya yang mewah nan nyamannya dan orang miskin dengan kehidupannya yang susah. Puisi ini memiliki banyak pesan didalamnya, maka dari itu mari kita analisis lebih lanjut mengenai puisi Sajak Orang Kepanasan karya WS Rendra ini. Sajak Orang KepanasanOleh WS RendraKarena kami makan akardan terigu menumpuk di gudangmu. Karena kami hidup berhimpitandan ruangmu berlebihanmaka kita bukan sekutu. 1 2 3 4 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya

Puisiini pernah dibacakan juga oleh Aril Atma Jaya siswa SDN Jambekumbu 01 Kecamatan Pasrujambe dalam lomba PEGA Competetion di SMPN 3 Jember. Juri tergeleng-geleng saat Aril membacakan puisi Guru karya WS Rendra. Sayang dulu tidak sempat merekam ia saat membaca puisi itu. Kita lihat teks dan video puisi GUGUR karya WS Rendra di bawah ini. Ilustrasi membaca puisi pagi tentang romansa. Foto UnsplashSalah satu media untuk mengungkap rasa kasih dan sayang kepada seseorang adalah melalui puisi. Karya sastra satu ini berasal dari curahan hati sang penyair dan dibuat berdasarkan ungkapan perasaan yang dialaminya. Seiring berjalannya waktu, puisi pun mengalami sekali bermunculan puisi baru yang lebih bebas dan tak terikat seperti kebanyakan puisi lama. Agnes Pitaloka menuliskan dalam Seni Mengenal Puisi bahwa puisi merupakan bentuk ekspresi diri yang menggambarkan keresahan, kesenangan, imajinasi, kritik, dan pengalaman seseorang yang tersusun atas bahasa yang indah dan padat puisi yang paling banyak diminati ialah puisi romansa. Puisi ini berisi luapan perasaan cinta kasih dan menimbulkan efek romantisme. Salah satu penyair dengan puisi romantis yang dikenal di Tanah Air yakni WS Rendra. Banyak dari karyanya yang disusun dengan kalimat indah dan memikat karya WS Rendra seringkali diberi judul random namun tetap memiliki kesan. Puisi-puisi ini dapat dikategorikan sebagai puisi pagi romantis karena terdapat beberapa baitnya yang sesuai dengan suasana pagi yang menyegarkan, juga keindahan alam. Berikut adalah beberapa puisi pagi romantis karya WS membaca puisi pagi tentang romansa. Foto UnsplashPuisi Pagi RomantisPuisi pagi romantis yang didasarkan pada kejadian dan emosi sehari-hari ini dibuat oleh WS Rendra pada tahun 1958 yang diambil dari buku Puisi-Puisi Cinta Republish terbitan Bentang buku ini, WS Rendra melakukan eksperimen untuk mengasah kemampuan bahasa sehari-hari yang sederhana namun mampu mengungkapkan hal yang paling romantis dan puitis dalam kehidupan. Berikut adalah beberapa puisi romantis karya WS RendraPermintaanWahai, rembulan yang bundarjenguklah jendela kekasihku!Hanya berteman hati yang panjang rambutnyamaka aku pun kangen aku mendongeng selalu kusindirkanbahwa aku sangat malam kembali membenamIlustrasi membaca puisi pagi tentang romansa. Foto UnsplashPahatanistirahatlah dua buah hati Awan Lewat“Engkaulah sutra yang kembarabulu domba lembut putih rupa!Wahai, lindungilah matahari bagai barakerna kekasihku sedang berjalanKembali pulang dari sekolahnya!”Dua BurungKami berdua serupa burungTelah SatuGelisahmu adalah kita bergandenganLama kita saling bertatap matatak lagi bisa telah berlabuh dan tak bisa lagi istana dari telah membawa kedamaianmembelitkan kita dalam telah memberi kekuatan,kerna kita telah melangkahadalah pelangi selusin Jantansetelah bersamaku menyusuri tidur nyenyak melepas lelahJanganlah berkokok terlalu pagi!Janganlah JauhKekasihKekasihku seperti burung muraiKekasihku seperti burung muraibersarang indah di dalam hati.
OlehW.S Rendra. Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang. Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang. Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal. Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal. Gelap dan bergoyang ia.
Puisi Hai, Kamu! Karya Rendra Hai, Kamu! Luka-luka di dalam lembaga, untaian keangkuhan kekerdilan jiwa, noda di dalam pergaulan antar manusia duduk di dalam kemacetan angan-angan. Aku berontak dengan memandang cakrawala. Jari-jari waktu menggamitku. Aku menyimak kepada arus kali. Lagu margasatwa agak mereda. Indahnya ketenangan turun ke hatiku. Lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku. Jakarta, 29 Februari 1978Sumber Potret Pembangunan dalam Puisi 1993Puisi Hai, Kamu!Karya Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta Solo, Jawa Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 pada usia 73 tahun di Depok, Jawa Barat. Dalampikiran-pikiran waktu gerilya Di waktu kebebasan adalah impian keabadian Dan belum berpikir oleh kita masalah kebendaan Kumpulan Puisi Karya WS.Rendra. Kumpulan Puisi Karya WS.Rendra (Bagian 3) Kumpulan Puisi Karya WS.Rendra (Bagian 2) Kumpulan Puisi Karya WS.Rendra (Bagian 1) Monggo Di isi Buku Tamu'ne. Daftar Isi. rimakruciene - puisi karya ws rendraApakah ada yang belum pernah tahu, membaca, atau mendengar puisi karya W. S Rendra? Ya, siapa yang tak tahu dengan penyair kenamaan Indonesia yang memiliki nama asli Willibrordus Surendra Broto ini? Dalam dunia sastra, di Indonesia sendiri telah lahir banyak sastrawan terkemuka yang melegenda. Nama-namanya pun telah mendunia dan dapat menginspirasi bagi siapapun yang membaca dan merenungi puisi-puisinya. Salah satunya, ialah Rendra. Melihat nama Rendra saja, Anda pasti sudah tahu sosok penyair ini, karena beberapa puisi karya Rendra memang begitu dikenal sebagai penyair paling kaya di Indonesia. Tak heran, karena ia sangat produktif dalam menciptakan dan memanfaatkan metafora-metafora untuk mendukung citraan dramatik dan visual dalam shkazemiPuisi Rendra Paling PopulerJika Anda ingin tahu beberapa puisi karya W. S Rendra yang sangat populer, Anda bisa mengeceknya dengan membaca buku Puisi-puisi Cinta, Bentang Pustaka, Rendra. Terdapat 30 judul puisi cinta dalam buku tersebut. Puisi-puisi cinta tersebut ia bagi ke dalam tiga masa, yakni Puber Pertama 1954-1958 yang ia tulis pada masa kuliahnya di Universitas Gadjah Mada. Puber Kedua 1968-1977, yaitu puisi-puisi yang ditulis selepas ia kuliah di New York. TerakhirPuber Ketiga 1992-2003, berisi puisi-puisi yang ditulisnya dalam masa reformasi malam kembali membenamgugurlah semua yang bersamanyadi atas tempatmu terkuburgugurlah segala hal ikhwal antara kita ikhlaskan sajatiada janji kan jumpa di sorgakarena di sorga tiada kita kan perlu cuma lahir di bumidi mana segala berujung di tanah matiia mengikuti hidup manusiadan kalau hidup sendiri telah gugurgugur pula ia bersama tertinggal sedikit kenangantapi semata tiada lebih dari penipuanatau semacam pencegah bunuh ada pula kesedihanitu baginya semacam harga atau kehormatanyang sebentar akan pula asmara, embun di bunga –yang kita ambil cuma yang Puber Pertama terdapat 24 puisi kara W. S Rendra yang berisi tentang kisah percintaan remaja yang apa adanya. Manis dan romantis sekali. Puisi-puisi tersebut disajikan dalam bentuk pendek, ringan, dan sederhana, tetapi sangat menunjukkan perasaan orang yang sedang dilanda cinta. DNR 21.3 Biografi Pengarang. Kami mengambil sebuah puisi untuk dianalisis puisi itu berjudul "Kenangan dan Kesepian". Puisi ini karya W.S. Rendra. Rendra lahir di Solo, tangal 7 November 1935. Ia mulai menulis sajak pada awal tahun 50, disamping giat dalam pertunjukan drama. Kumpulan sajaknya yang pertama berjudul Ballada Orang-orang Tercinta Beranda 5 Puisi Atasan dan Bawahan Paling Bikin Gregetan 6 Puisi Cinta LDR Ini Bakal Bikin Kamu Sedih Bin Galau, Jangan Baca! 7 Puisi Jomblo Paling Ngenes dan Bikin Baper – Ayo Mblo Pada Ngumpul! Siapa Sih Norman Adi Satria? Kirim Puisi Puisi Normantis Puisi Cinta Tak Harus Romantis! Home Cinta Seks Bertepuk Sebelah Tangan Cemburu Cinta Sejati Galau Jomblo Kesetiaan Cinta Konflik Cinta LDR Mantan Selingkuh Rayuan Gombal Kehidupan Sahabat Atasan dan Bawahan Ayah Ibu Suami Istri Kebangsaan Puisi Kehidupan Rakyat Miskin Puisi Politik dan Pemerintahan Puisi Sejarah Nyeleneh Puisi Jenaka Religi Puisi Islami Puisi Rohani Katolik dan Kristen Puisi Toleransi Beragama Renungan Sindiran Amarah Pemikiran Esai Bedah Puisi Tips & Trik Penulisan Quotes Cerpen Humor Penyair Norman Adi Satria Pramoedya Ananta Toer Chairil Anwar WS Rendra Sapardi Djoko Damono Remy Sylado Kahlil Gibran Jalaluddin Rumi Ajip Rosidi Emha Ainun Nadjib Cak Nun Seno Gumira Ajidarma Joko Pinurbo Goenawan Mohamad Gus Mus Wiji Thukul Sujiwo Tejo Sitor Situmorang Subagio Sastrowardoyo Soe Hok Gie Dewi “Dee” Lestari Djenar Maesa Ayu Mohammad Yamin Bambang Trim Socrates Plato Asrul Sani Tatengkeng Sanusi Pane Eduard Douwes Dekker Multatuli Rustam Effendi Sumarso “Osram” Sumarsono Kiriman Pembaca Budi Lengket Nyi Galuh Titi Aoska Moksa Saf Rin Karim Angga Pradipta Riska Cania Dewi Fenia Eva Saputri Devi Ardiyanti Aniva Kusuma Wardani Mohammad Sya’roni Normantis Update 17 September 2018 in Cinta Sejati // Sajak Pelacur Senja – Wahyu Arsyad 17 September 2018 in // Seorang Laki-Laki dan Masalalu – Puisi Kiriman Yanwi Mudrikah 17 September 2018 in // Ketika Menikah Itu – Puisi Kiriman Yanwi Mudrikah 9 September 2018 in Ibu // Gagal Bad Boy – Puisi Wahyu Arsyad 1 Mei 2018 in // Lagu Persetubuhan – Puisi Wiji Thukul 24 April 2018 in Cerpen // Sujiwo Tejo Antara “Yayang” dan “Yang Mulia” 23 April 2018 in Esai // Sujiwo Tejo Kejahatan Kera Bukan Kerah Putih 23 April 2018 in Cerpen // Cerpen Cak Nun Podium 23 April 2018 in Esai // Pengalaman Sekitar Menulis Karangan Sastera – Sutan Takdir Alisjahbana 19 April 2018 in Esai // Kegalauan Kartini – Oleh Norman Adi Satria 16 Maret 2018 in // Di Tanah Negeri Ini Milikmu Cuma Tanah Air – Puisi Wiji Thukul 16 Maret 2018 in // Puisi Si Buta – Wiji Thukul 15 Maret 2018 in Cerpen // Cerpen Rendra Ia Membelai-Belai Perutnya 15 Maret 2018 in Cerpen // Cerpen Rendra Pohon Kemboja 13 Maret 2018 in La Ode Muhammad Jannatun // Kepadamu yang Terlanjur Abadi – Puisi Kiriman La Ode Muhammad Jannatun 17 Februari 2018 in Cerpen // Cerpen Tentang Transgender karya Cak Nun BH 13 Februari 2018 in Cerpen // Cerpen Rendra Ia Masih Kecil 11 Februari 2018 in Bertepuk Sebelah Tangan // Mencintaimu Dalam Diam – Puisi Kiriman Nuriman N. Bayan 5 Februari 2018 in Ibu // Tiga Sajak Kecil – Sapardi Djoko Damono 5 Februari 2018 in // Ruang Tunggu – Puisi Sapardi Djoko Damono 5 Februari 2018 in // Tiga Sajak Ringkas Tentang Cahaya – Sapardi Djoko Damono 20 Desember 2017 in Indra Lesmana // Kembali Mengingatmu Cinta Sejati – Puisi Kiriman Indra Lesmana 20 Desember 2017 in Galau // Daras Untuk Pujaan – Puisi Kiriman Kiaara 17 Desember 2017 in Esai // Esai Sujiwo Tejo Mesin Cuci Perempuan Itu Multitasking 30 November 2017 in Chairil Anwar // Dua Sajak Buat Basuki Resobowo – Chairil Anwar 25 November 2017 in // Baju Loak Sobek Pundaknya – Puisi Wiji Thukul 25 November 2017 in // Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa – Puisi Wiji Thukul 25 November 2017 in // Momok Hiyong – Puisi Wiji Thukul 25 November 2017 in // Aku Berkelana di Udara – Puisi Wiji Thukul 23 Oktober 2017 in // Titik-Titik – Puisi Kiriman Wahyu Pamungkas 18 Oktober 2017 in // Terus Terang Saja – Puisi Wiji Thukul 18 Oktober 2017 in // Buron – Puisi Wiji Thukul 5 Oktober 2017 in // Dua Telur – Puisi Kiriman Wahyu Arsyad 5 Oktober 2017 in Anja Oktovano // Nola Dalam Imagi – Puisi Kiriman Anja Oktovano 26 September 2017 in // Sudah Dibajak – Puisi Sutan Takdir Alisjahbana 20 September 2017 in Cerpen // Laki-Laki Tanpa Celana – Cerpen Joko Pinurbo 18 September 2017 in Norman Adi Satria // Zaman Musa VS Zaman Herodes – Puisi Norman Adi Satria 14 September 2017 in Mantan // Mantanku Kupu-Kupu – Puisi Norman Adi Satria 12 September 2017 in Norman Adi Satria // Surat Abang Kepada Adiknya yang Nyaris Dipenjara – Puisi Norman Adi Satria 6 September 2017 in Mantan // Layangan Temangsang – Puisi Norman Adi Satria Karya WS Rendra Posted in Atasan dan Bawahan, Penyair, WS Rendra // 1 Comment Waktu - Puisi WS Rendra WAKTU Karya WS Rendra Waktu seperti burung tanpa hinggapan melewati hari-hari rubuh tanpa ratapan sayap-sayap mukjizat terkebar dengan cekatan. Waktu seperti butir-butir air dengan nyanyi dan tangis angin silir berpejam mata dan pelesir tanpa akhir. Dan waktu juga seperti pawang tua menunjuk arah cinta dan arah keranda. WS Rendra Buku Stanza dan Blues – Malam Stanza Beri peringkatBagikan ini Terkait BurungCintaMalam StanzaNormantisPuisiPuisi Filosofi dan FilsafatPuisi KematianPuisi MiniPuisi NormantisPuisi PendekPuisi WS RendraRenunganStanza dan BluesWaktuWS Rendra BERANI NONTON VIDEO NORMANTIS? KLIK AJA!KARYA TERBARU Mau dapat update Puisi Normantis tiap hari? Bergabung dengan pelanggan lain 1 Comment on Waktu – Puisi WS Rendra Apa Pesan dari puisi ini?? SukaSuka Komentar Norman Adi Satria Remy Sylado Budi Lengket Joko Pinurbo Ajip Rosidi Sapardi Djoko Damono WS Rendra Gus Mus Dewi Dee Lestari Seno Gumira Ajidarma Jalaluddin Rumi Sujiwo Tejo Soe Hok Gie Djenar Maesa Ayu Bambang Trim Wiji Thukul Goenawan Mohamad Pramoedya Ananta Toer Chairil Anwar Kahlil Gibran Nyi Galuh Plato Socrates Mohammad Yamin Asrul Sani Emha Ainun Nadjib Cak Nun Tatengkeng Sanusi Pane
Damono dll. Puisi Kontemporer merupakan karya sastra sajak yang muncul dengan mengubah aturan konvensional puisi. Puisi Indonesia ini bergaya dengan tidak mengindahkan kaidah-kaidah puisi lama umumnya dan muncul dalam waktu tertentu. (Purba, 2010) WS Rendra adalah salah satu penyair yang puisinya penulis
Friday, February 06, 2015 Puisi tentang waktu akan berjalan. Pengertian waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses suatu perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. seperti kata waktu cepat berlalu atau waktu singkat waktu pendek dan lain sebagainya Kata waktu merupakan sebuah homonim sebab arti-artinya mempunyai ejaan serta pelafalan yg sama namun maknanya berbeda. kata waktu mempunyai arti dalam kelas nomina atau kata benda sebagai akibatnya waktu bisa menyatakan nama dari seorang, tempat, atau seluruh benda serta segala yg dibendakan dan partikel yaitu kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yg diiringinya. Berkiatan tentang waktu, dibawah ini, beberapa puisi tentang satu penggalan baitnya. "Berjalan, menuju kedepan menghadapi banyak pilihan pilihan yang akan terpapar untuk harapan hidup yang besar, Mengganti dengan hangatnya musim bernuansa cerah". Selangkapnya dari bait ini disimak saja puisi tentang waktu berikut iniPUISI WAKTUMasih gerimis.. Selepas terpaan angin merobek langit sore ini Dingin s'makin berkuasa menjemput malam Menyelinap pilu di antara tulang tulang.. Ku hayat memori ini.. Mungkin risau memetik detik yang melaju. Ku urai giat berjuta kiat Detik tak henti melemahkan kuat .. Ahh,. Mungkin harus ku biarkan saja Detik mengganti setiap langkah Mengganti dengan hangatnya musim bernuansa cerah.. ROBB ku telah menyusun drama lelaku kehidupan Sebelum tiba ajal yang diceritakan.. Irawan_Tgpandan_Feb2015 Puisi Waktubila hati tlah membeku hidup tinggal mebunggu menunggu waktu waktu. yg akan berlalu. waktu waktu akan berjalan berjalan, menuju kedepan menghadapi banyak pilihan pilihan yang akan terpapar untuk harapan hidup yg besar waktu waktu akan berhenti jika kamu berdiam diri merenunggi kesedihan sendiri yang tidak akan ter0bati selama kamu menyesali diri!Puisi WaktuAndai kau kembali, Akan ku perbaiki kelamku, Yang selalu hadir di mimpi burukku. Andai kau kembali, Aku rela mengorbankan ragaku, Agar tak sia sia seperti ini. Andai kau kembali, Aku akan berusaha yang terbaik. Takan ku sia2kan engkau walau sedetik. Namun semua org tau, Kau tkan pernah kembali. Hanya menyisakan luka dan darah Di hidupku kini. Tasikmalaya, -Jams Amai- Demikianlah puisi tentang waktu baca juga puisi puisi yang lain yang ada di blog ini, semoga puisi waktu diatas dapat menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
W.S. Rendra) Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku menghadapi kemerdekaan tanpa cinta Kau tak akan mengerti segala lukaku karna cinta telah sembunyikan pisaunya. Membayangkan wajahmu adalah siksa. Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan. Engkau telah menjadi racun bagi darahku. Apabila aku dalam kangen dan sepi Itulah berarti
.
  • gnhmpa5m49.pages.dev/237
  • gnhmpa5m49.pages.dev/522
  • gnhmpa5m49.pages.dev/913
  • gnhmpa5m49.pages.dev/647
  • gnhmpa5m49.pages.dev/14
  • gnhmpa5m49.pages.dev/353
  • gnhmpa5m49.pages.dev/356
  • gnhmpa5m49.pages.dev/184
  • gnhmpa5m49.pages.dev/694
  • gnhmpa5m49.pages.dev/352
  • gnhmpa5m49.pages.dev/833
  • gnhmpa5m49.pages.dev/988
  • gnhmpa5m49.pages.dev/613
  • gnhmpa5m49.pages.dev/117
  • gnhmpa5m49.pages.dev/525
  • puisi waktu karya ws rendra